www.beritacepat.id – Film “How to Train Your Dragon” versi live-action yang tayang di bioskop berhasil menarik perhatian banyak penonton dan mendapat sambutan positif dari para kritikus. Meskipun dihadapkan pada tantangan sebagai remake, film ini berhasil menjaga esensi dan daya tarik dari versi animasinya yang legendaris.
Sepanjang perjalanan rilisnya, kritik dan pujian mengalir mengenai bagaimana film ini diterima oleh masyarakat luas. Dengan format live-action yang tengah populer, film ini menunjukkan bagaimana karya klasik dapat diinterpretasikan ulang tanpa kehilangan pesonanya.
Penerimaan dan Rating Film di Kalangan Kritikus dan Penonton
Film ini mendapatkan skor 78 persen dari 188 ulasan di situs agregator film terkemuka, menunjukkan reaksi positif dari para kritikus. Namun, angka ini masih jauh di bawah skor nyaris sempurna yang diraih versi animasinya pada tahun 2010, yaitu 99 persen dari 210 ulasan.
Meskipun begitu, perolehan 78 persen tetap dianggap cukup baik dan berhasil mendapatkan predikat Certified Fresh. Hal ini menunjukkan bahwa penonton tetap mampu menghargai interpretasi baru dari cerita yang sudah dikenal luas.
Bahkan, pada sisi penonton, film ini mendapat pujian yang lebih tinggi, dengan skor mencapai 98 persen dari lebih dari 5.000 rating. Ini mencerminkan minat dan antusiasme yang tinggi dari khalayak terhadap film ini.
Pujian Terhadap Eksekusi Visual dan Cerita Film
Sebagian besar kritikus menilai eksekusi film ini sebagai salah satu dari sedikit remake yang berhasil menghibur. Kate Erbland, seorang kritikus dari media terkemuka, menyatakan bahwa “How to Train Your Dragon” versi live-action benar-benar berhasil memberikan pengalaman yang menyenangkan di tengah banyak remake yang kurang berhasil.
Pujian juga datang dari Lovia Gyarkye, yang mencatat bahwa meskipun film ini tidak terlalu diperlukan, penggarapan yang baik membuatnya patut untuk ditonton. Kesetiaan pada versi asli menjadi salah satu poin plus bagi film ini.
Visual yang menawan, termasuk tampilan Toothless dan pemandangan Pulau Berk, menjadi daya tarik tersendiri. Kritikus dari Seattle Times menyebutkan bahwa pengalaman menonton film ini seharusnya membuat penonton terpesona.
Respons Negatif dan Kritik terhadap Pembuatan Film
Meski banyak pujian yang mengalir, film ini juga tidak lepas dari kritik. Beberapa kritikus mempertanyakan keputusan untuk mengadaptasi ulang cerita tanpa banyak perubahan. Michael Ordona menyatakan bahwa hasil akhir dari film ini lebih terasa seperti pengabdian kepada penggemar, alih-alih sebuah kreativitas baru yang menantang.
Peter Howell dari Toronto Star menambahkan bahwa ada standar yang lebih tinggi yang diharapkan dari penulis-sutradara Dean DeBlois, yang juga mengerjakan versi animasi sebelumnya. Ini menunjukkan adanya harapan untuk inovasi dalam setiap adaptasi yang dibuat.
Perbandingan antara versi live-action dan versi animasi tetap menjadi topik hangat, terutama dengan adanya sejumlah adegan yang diambil secara langsung dari film sebelumnya. Hal ini bisa menjadi dilema bagi penonton yang menginginkan keunikan dalam setiap penggarapan ulang.
Pembaruan dan Peluang di Masa Depan untuk Waralaba Ini
Dengan kesuksesan dari film ini, para pencinta “How to Train Your Dragon” dapat berharap untuk melihat sekuel berikutnya di layar lebar. Sekuel ini dijadwalkan untuk tayang pada tahun 2027, menandai kelanjutan cerita yang telah menjadikan franchise ini begitu dicintai.
Film ini kembali diarahkan oleh Dean DeBlois, yang menunjukkan komitmennya untuk menghidupkan kembali dunia “How to Train Your Dragon” dengan cara yang baru. Walaupun ada tantangan, para penggemar tetap optimis akan hasil yang mengesankan di masa mendatang.
Dengan jajaran pemeran baru dan kehadiran beberapa karakter ikonik yang kembali, ada harapan untuk memperkenalkan elemen baru yang berbeda sambil tetap menghormati tradisi yang telah dibangun. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim produksi dalam memberikan yang terbaik untuk penonton.