Jakarta —
Pakistan kini melaksanakan pemulangan seorang penjaga perbatasan ke India, yang menjadi simbol baru dari upaya peredaan ketegangan setelah gencatan senjata yang berlangsung selama empat hari. Kejadian ini terjadi pada Rabu, 14 Mei 2025, dan menjadi langkah penting dalam meringankan ketegangan yang telah berlangsung lama di kawasan tersebut.
Penjaga tersebut, Purnam Kumar Shaw, ditangkap pada 22 April 2025, sehari setelah serangan di kawasan Kashmir yang dikelola India. Serangan yang mematikan ini menyebabkan 26 nyawa melayang dan memicu respons militer yang mengerikan, termasuk serangan rudal dan penggunaan pesawat nirawak serta jet tempur.
Meskipun tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, India secara tegas menuduh Pakistan mendukung para pelaku, sementara pihak Islamabad membantah tuduhan itu dan memanggil untuk adanya penyelidikan independen. Dalam pernyataan resmi, Pasukan Keamanan Perbatasan India mengonfirmasi bahwa Shaw telah diserahkan kembali ke India dengan cara yang damai dan sesuai protokol yang ada.
Pemulangan ini disambut dengan suka cita oleh keluarga Kumar Shaw. Istrinya, Rajani, mengungkapkan perasaannya yang penuh kebahagiaan setelah kehilangan harapan akan suaminya sebelum adanya kesepakatan gencatan senjata. “Saya sangat bahagia hari ini,” ucapnya, tampak terharu dan terinspirasi, terutama karena ia sedang mengandung.
Di saat yang sama, militer Pakistan melaporkan jumlah korban baru dari pertempuran dengan India, menyatakan bahwa “serangan yang kejam dan tidak beralasan” dari India telah menyebabkan kematian 40 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Selain itu, mereka mengklaim telah kehilangan 13 anggota dari dinas militer mereka.
Dalam pidatonya di hadapan tentara, Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, berbicara tentang balas dendam atas konflik sebelumnya dengan India yang menyebabkan terbentuknya Bangladesh. “Di dalam perang ini, kalian telah menuntaskan dendam atas perang tahun 1971 dengan India,” tuturnya dengan semangat, menunjukkan bagaimana sejarah telah membentuk pandangan dan tindakan kedua negara.
Peningkatan kekerasan kali ini menjadi salah satu yang terburuk sejak konflik terbuka terakhir di tahun 1999, yang memicu kekhawatiran global akan kemungkinan terjadinya perang besar kembali. Militer Pakistan berdalih telah menembak jatuh lima jet tempur milik India tanpa menanggung kerugian, namun pihak India tidak memberikan konfirmasi terkait jatuhnya pesawat mereka, walau sumber keamanan mengonfirmasi bahwa setidaknya tiga jet telah jatuh di wilayah India.
Dalam pernyataan yang disampaikan kepada publik, Perdana Menteri India, Narendra Modi, menekankan bahwa Pakistan telah memilih untuk menyerang daripada bekerjasama dalam memerangi terorisme. “Jika ada serangan teroris lainnya terhadap India, kami akan memberikan respons yang tegas,” tegasnya, menyoroti sikap defensif India terhadap ancaman dari Pakistan.
Kementerian luar negeri Pakistan pun mengeluarkan pernyataan yang menolak “pernyataan provokatif dan menggugah” dari Modi, serta mengecam upaya untuk menciptakan narasi yang menyesatkan guna membenarkan tindakan agresi. “Kami akan memantau tindakan India dalam beberapa hari ke depan dan mendesak masyarakat internasional untuk melakukan hal yang sama,” tambahnya, menegaskan perlunya pengawasan global atas situasi yang semakin tegang ini.
Kashmir, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, menjadi titik fokus dalam perselisihan yang berkepanjangan antara India dan Pakistan, dengan masing-masing negara mengklaim wilayah tersebut sepenuhnya. Sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947, kedua negara telah terlibat dalam dua perang besar dan berbagai konflik bersenjata lainnya, menunjukkan betapa kompleks dan rumitnya hubungan di kawasan ini.