NASA, lembaga antariksa terkemuka di Amerika Serikat, baru-baru ini berhasil menghidupkan kembali mesin pendorong Voyager 1. Pencapaian ini datang setelah wahana antariksa tersebut mengalami gangguan komunikasi yang cukup serius.
Kompleksitas dari sistem komunikasi di Voyager menyebabkan jeda saat perbaikan diperlukan, terutama ketika wahana menghadapi berbagai tantangan yang berpotensi mengancam kelangsungan misinya.
Perbaikan yang dilakukan pada mesin pendorong utama ini diharapkan dapat memastikan bahwa wahana tetap beroperasi dan dapat melakukan kontak dengan Bumi dalam waktu dekat. Voyager 1, yang diluncurkan pada September 1977, telah menunjukkan performa luar biasa dengan mempertahankan fungsinya dalam waktu yang jauh melebihi perkiraan awal.
Penggunaan lebih dari satu set mesin pendorong memungkinkan Voyager 1 untuk mengarahkan antenanya tetap menghadap ke Bumi. Dengan jarak yang mencapai 25,5 miliar kilometer, keberlangsungan komunikasi ini menjadi sangat penting untuk memastikan data yang dikumpulkan dapat dikirim kembali dengan baik.
Salah satu keunggulan dari pendorong utama merupakan kemampuannya untuk mempertahankan orientasi wahana di ruang angkasa. Di dalam sistem pendorong ini terdapat mesin pendorong tambahan yang mengontrol putaran wahana, sehingga Voyager 1 tetap menghadap ke titik acuan yang dapat diandalkan dalam perjalannya.
Namun, jika wahana tidak dapat mengontrol gerakan putarnya, risiko misi yang lebih besar akan muncul. Para insinyur NASA atau tim teknis yang terlibat dalam misi ini telah berupaya keras untuk mengatasi kemungkinan terjadinya penyumbatan pada pendorong. Mereka melakukan pergantian antara penggunaan pendorong asli dan pendorong cadangan untuk mengoptimalkan kontrol orientasi.
Seiring berjalannya waktu, pendorong utama Voyager 1 mengalami kerusakan. Hal ini pertama kali terjadi lebih dari dua dekade lalu, setelah dua pemanas internal pada pendorong itu mati, yang mengakibatkan wahana harus sepenuhnya bergantung pada pendorong cadangan. Meski demikian, tim misi percaya akan keberhasilan pendorong cadangan yang masih sangat berfungsi dengan baik.
Menurut manajer misi di Jet Propulsion Laboratory NASA, perkembangan terkini menunjukkan bahwa tim kini lebih berhati-hati karena adanya kekhawatiran akan penyumbatan yang dapat mengancam pendorong cadangan. Untuk itu, keputusan diambil untuk mencoba menghidupkan kembali pendorong utama yang telah lama mati.
Pada tahun 2004, ketika pemanas pada pendorong utama rusak, para insinyur menganggap perbaikan sebagai hal yang mustahil. Namun, dengan kemungkinan terjadinya penyumbatan yang meningkat, tim kembali meneliti sistem tersebut dan menemukan potensi solusi. Pertimbangan awal menyatakan bahwa gangguan pada sirkuit pengendali catu daya mungkin dapat ditangani dengan mengatur ulang posisi sakelar, sehingga pemanas bisa dihidupkan kembali.
Voyager 1, yang diluncurkan bersamaan dengan kembarannya Voyager 2, telah melampaui segala ekspektasi. Misi yang awalnya direncanakan berlangsung selama empat tahun untuk mengeksplorasi planet-planet seperti Jupiter dan Saturnus, kini telah berlanjut selama lebih dari 47 tahun dan menjelajahi ruang antarbintang, melampaui batas heliosfer yang mengelilingi tata surya kita.
Kedua wahana ini menghasilkan daya melalui pemanfaatan panas yang dihasilkan dari peluruhan plutonium. Daya ini diperkirakan berkurang sekitar 4 watt setiap tahun, setara dengan daya dari sebuah lampu hemat energi kecil.
Untuk menghemat daya, tim Voyager kini mulai mematikan beberapa sistem yang tidak esensial. Salah satunya adalah pemanas untuk menjaga suhu optimal instrumen ilmiah. Menariknya, meskipun suhu instrumen berada di bawah batas yang dianjurkan, alat-alat tersebut tetap berfungsi dengan baik tanpa adanya pemanas.