www.beritacepat.id – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perkembangan signifikan terkait ekspor nonmigas Indonesia ke berbagai negara. Salah satu yang menarik perhatian adalah nilai ekspor ke Amerika Serikat yang mencapai angka yang luar biasa selama paruh pertama tahun ini, memberikan indikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Ekspor nonmigas Indonesia pada semester pertama tahun 2025 mengalami lonjakan hingga mencapai angka US$14,79 miliar. Hal ini menunjukkan daya saing Indonesia di pasar internasional, terutama menjelang penerapan tarif baru oleh pemerintah Amerika Serikat.
“Kami mencatat nilai ekspor nonmigas ke Amerika Serikat tercatat sebesar US$14,79 miliar,” ungkap Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, dalam konferensi pers yang diadakan baru-baru ini.
Perkembangan Ekspor Nonmigas Indonesia ke Berbagai Negara
Selain Amerika Serikat, negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia masih didominasi oleh China. Nilai ekspor nonmigas ke China tercatat mencapai US$29,31 miliar, menjadikannya sebagai pasar terbesar bagi produk-produk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan dagang dengan negara tersebut terus menguat.
Di sisi lain, Amerika Serikat menjadi negara tujuan terbesar kedua, menyumbang 11,52 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia. Hal ini menggambarkan pentingnya pasar AS dalam perekonomian Indonesia, terutama di tengah ketidakpastian global saat ini.
Melihat komposisi ekspor, BPS mencatat terdapat tiga komoditas terbesar yang dikirim ke AS. Mesin dan perlengkapan elektrik menempati posisi teratas dengan nilai ekspor sebesar US$2,80 miliar. Ini menunjukkan perkembangan teknologi dan inovasi Indonesia yang semakin berdaya saing di pasar internasional.
Komoditas Unggulan Indonesia di Pasar Internasional
Di urutan kedua terdapat alas kaki yang berhasil menembus ekspor dengan nilai mencapai US$1,29 miliar. Produk-produk ini berhasil meraih minat konsumen AS, mencerminkan preferensi yang kuat terhadap produk yang dihasilkan Indonesia.
Sementara itu, pakaian dan aksesoris rajutan tidak kalah menarik, dengan nilai ekspor mencapai US$1,28 miliar. Ini menunjukkan bahwa industri tekstil dan mode Indonesia mampu bersaing di pasar global.
Beberapa produk nonmigas lainnya yang juga laku keras di pasar AS termasuk lemak dan minyak hewani/nabati, karet dan barang dari karet, serta mesin dan peralatan mekanis. Ini mencerminkan keberagaman produk Indonesia yang memiliki daya tarik tersendiri di mata konsumen internasional.
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia yang Meningkat
Surplus neraca perdagangan barang Indonesia juga menunjukkan angka yang menggembirakan, mencapai US$19,48 miliar pada periode Januari hingga Juni 2025. Khusus untuk bulan Juni, surplus tercatat sekitar US$4,1 miliar. Ini merupakan pertanda positif bagi perekonomian nasional.
Pudji Ismartini memastikan bahwa surplus ini didorong oleh komoditas nonmigas, dengan kontribusi utama dari lemak dan minyak hewani/nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja. Ketiga komoditas ini menjadi penopang utama bagi surplus yang diraih.
Sebaliknya, neraca perdagangan komoditas migas mencatatkan defisit sebesar US$1,11 miliar. Defisit ini sebagian besar disebabkan oleh impor minyak mentah dan hasil minyak yang terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Tantangan dan Peluang ke Depan bagi Ekspor Indonesia
Tantangan ke depan masih akan dihadapi oleh pelaku ekspor Indonesia, terutama dengan adanya perubahan tarif yang dikeluarkan oleh negara tujuan. Namun, hal ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan inovasi produknya.
Dengan adanya kebijakan tarif yang lebih ketat, pelaku usaha diharapkan dapat beradaptasi dan meningkatkan daya saing produk mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki standar kualitas dan berinovasi dalam produk agar tetap diminati di pasar internasional.
Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan dukungan yang lebih besar bagi pelaku industri melalui kebijakan yang memfasilitasi pengembangan ekspor, seperti mempermudah akses terhadap pembiayaan dan teknologi. Hal ini akan mendorong pertumbuhan sektor ekspor yang berkelanjutan di masa depan.