www.beritacepat.id – Film animasi berjudul Merah Putih: One for All memicu diskusi yang hangat di kalangan netizen menjelang penayangannya pada 14 Agustus. Banyak orang mengomentari berbagai aspek film ini, mulai dari kualitas produksi hingga detil visual yang ditampilkan dalam trailer yang dirilis sebelumnya.
Beberapa penonton bahkan menemukan berbagai kejanggalan dalam trailer tersebut. Dari tampilan karakter hingga elemen audio, banyak yang merasa bahwa film ini tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi yang diharapkan.
Kejanggalan yang ditemukan oleh para netizen ini semakin menarik perhatian dan menimbulkan penasaran tentang kualitas film yang sebenarnya. Hal ini menjadi pembahasan menarik, terlebih bagi mereka yang sudah menantikan tayangnya film animasi ini.
Kejanggalan yang Menarik Perhatian Netizen
Banyak perhatian tertuju pada animasi dan karakter-karakter yang disajikan dalam film Merah Putih: One for All. Sejumlah netizen menilai bahwa karakter-karakter tersebut muncul dengan eksekusi yang kurang memuaskan, memperlihatkan tampilan yang kasar dan tidak alami.
Tidak hanya itu, beberapa penonton bahkan mencurigai bahwa model karakter tersebut diambil dari sumber luar. Investigasi yang dilakukan oleh netizen menemukan kemiripan yang mencolok dengan model animasi dari luar negeri, yang menimbulkan pertanyaan tentang orisinalitas produksi.
Tentu saja, hal ini membuat banyak orang merasa ragu tentang kualitas animasi dalam film ini, yang seharusnya mampu memberikan nuansa yang lebih lokal. Ekspektasi yang tinggi terhadap animasi ini membuat setiap detail menjadi sorotan.
Aspek Latar dan Properti yang Dipertanyakan
Salah satu elemen yang juga mencolok dalam trailer adalah adegan yang menampilkan anak-anak di sebuah gudang. Dalam adegan tersebut, terdapat properti yang dipertanyakan, yaitu senjata laras panjang yang terlihat di latar belakang.
Namun, sutradara Endiarto menyatakan bahwa senjata yang ditampilkan hanyalah properti untuk bendera yang disiapkan dalam rangka perayaan 17 Agustus. Ini menunjukkan kekhawatiran dan keraguan yang muncul di kalangan penonton mengenai ketelitian dalam detail produksi.
Ketidakpastian mengenai pemilihan properti ini menjadi isu yang dibahas banyak pihak, menambah kekecewaan bagi mereka yang berharap film ini bisa mewakili nilai-nilai budaya yang lebih tepat.
Latar Belakang Yang Dipertanyakan
Selain itu, latar jalanan yang mendukung adegan-adegan dalam film juga menjadi perhatian. Beberapa netizen mencatat bahwa jalanan yang terlihat tidak mencerminkan kondisi jalanan di Indonesia. Hal ini memunculkan tanda tanya besar terhadap keautentikan penggambaran tersebut.
Pengamatan tersebut semakin diperkuat ketika netizen menunjukkan aset jalanan bernama XI Street of Mumbai yang desainnya mirip dengan tampilan jalan dalam trailer. Kejadian ini semakin mengundang skeptisisme terhadap kemampuan tim produksi dalam menghadirkan keindahan lokal yang seharusnya ditonjolkan.
Pemilihan latar yang tidak akurat ini bisa berdampak pada bagaimana penonton merasakan dan mengembangkan hubungan emosional mereka dengan film, yang seharusnya mengangkat identitas negara.
Problematika Suara dan Audio
Dalam hal audio, terdapat juga kejanggalan yang didapati oleh penonton. Salah satu momen yang dianggap mengganggu adalah ketika audio suara burung tidak sesuai dengan visualnya. Adegan yang memperlihatkan anak-anak melepas burung justru didengarkan dengan suara yang lebih mirip suara monyet.
Kejanggalan audio ini langsung memicu reaksi dari netizen yang tengah memperhatikan dengan seksama trailer film. Hal ini tentu saja menambah daftar isu terkait kualitas produksi yang masih menjadi perhatian banyak orang.
Ketidakcocokan antara suara dan visual menjadi masalah serius, terutama dalam sebuah film animasi yang sangat bergantung pada elemen audiovisual untuk menghidupkan cerita.