Pasar sepeda motor di tanah air mengalami penurunan signifikan pada bulan April 2025, yang tercatat lebih dari 24 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi industri sepeda motor masih berlangsung, meskipun terdapat harapan untuk pemulihan di masa depan.
Menurut data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), distribusi sepeda motor dari pabrik ke dealer pada bulan April hanya mencapai 406.691 unit. Angka ini jelas lebih rendah dibandingkan dengan Maret yang mencapai 541.684 unit. Penurunan ini menandakan bahwa konsumen mungkin sedang mengurangi pengeluaran mereka atau menunda pembelian kendaraan baru di tengah berbagai ketidakpastian ekonomi.
Secara keseluruhan, total pengiriman sepeda motor ke dealer untuk lima merek anggota AISI, yaitu Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dan TVS, tercatat kurang dari 2.090.000 unit dalam rentang waktu Januari hingga April 2025. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana total pengiriman mencapai 2.154.226 unit.
Sementara itu, dampak dari penurunan ini tidak hanya terlihat pada penjualan sepeda motor, tetapi juga berdampak pada sektor ekspor. Ekspor motor dari Indonesia merosot dari 49.998 unit pada Maret menjadi hanya 38.254 unit pada April 2025. Penurunan ini menyoroti tantangan yang dihadapi industri dalam mempertahankan pasar global di tengah situasi yang tidak stabil.
Di samping sepeda motor, industri mobil juga merasakan dampak negatif yang serupa. Penjualan mobil di Indonesia turun drastis hampir 30 persen pada bulan yang sama, dengan pengiriman dari pabrik ke dealer mencapai hanya 51.205 unit. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan bahwa penurunan wholesales mencapai 27,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya ketika angka mencapai 70.895 unit.
Meskipun terdapat penurunan yang tajam, terdapat beberapa tanda positif di masa lalu. Misalnya, total wholesales pada April 2025 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, yaitu 48.764 unit. Namun, akumulasi pengiriman selama Januari hingga April masih menunjukkan penurunan 2,9 persen, yaitu dari 264.014 unit menjadi 256.368 unit jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dalam konteks penjualan ritel langsung ke konsumen, angka juga menunjukkan penurunan. Untuk bulan April, jumlah penjualan ritel turun dari 76.582 unit pada Maret menjadi hanya 57.031 unit, mencerminkan penurunan sebesar 25,5 persen. Dalam pandangan lebih luas, retail bulan April 2025 mengalami penurunan 3,2 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, dan akumulasi retail untuk Januari-April 2025 hanya mencapai 267.514 unit dibandingkan dengan 289.917 unit pada tahun sebelumnya.
Fenomena ini menekankan kebutuhan akan inovasi dalam strategi pemasaran dan penjualan oleh produsen kendaraan. Dalam situasi pasar yang stagnan, penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi pendekatan mereka dan mencari cara untuk menarik konsumen kembali, misalnya dengan penawaran promo, pembiayaan yang lebih fleksibel, atau teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Konsumen kini lebih memilih untuk berpikir dua kali sebelum melakukan pembelian besar, seperti sepeda motor atau mobil. Fluktuasi harga bahan bakar, ketidakpastian ekonomi, dan tingkat inflasi yang tinggi mungkin menjadi beberapa faktor yang mendorong perilaku konsumen saat ini. Dengan memahami dinamika ini, produsen bisa menyesuaikan strategi mereka untuk lebih relevan di pasar.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, harapan pemulihan tetap ada di benak para pelaku industri. Diperlukan langkah strategis dan adaptasi untuk membawa industri kendaraan kembali ke jalur pertumbuhan yang positif di masa mendatang. Namun, memerlukan kerjasama semua pemangku kepentingan, termasuk konsumen dan pemerintah, untuk menciptakan ekosistem yang lebih mendukung.