www.beritacepat.id – Hasil survei terbaru mengungkapkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap isu tentang ijazah yang diduga palsu milik Presiden Joko Widodo. Situasi ini mengundang perhatian luas, terutama di tengah geliat politik yang semakin dinamis.
Survei ini dilakukan oleh sebuah lembaga penelitian terkemuka untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang persepsi publik terhadap isu tersebut. Dalam analisisnya, sektor pendidikan sangat mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kredibilitas ijazah Jokowi.
Hasil survei menunjukkan bahwa responden dari latar belakang pendidikan yang lebih rendah cenderung tidak mempercayai isu ini. Terlebih lagi, di antara mereka yang berpendidikan lebih tinggi, ada peningkatan kepercayaan terhadap kecurigaan tersebut.
Kepercayaan Publik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responsen
Berdasarkan data yang diperoleh, kelompok yang paling skeptis terkait ijazah palsu Jokowi adalah mereka yang memiliki pendidikan hingga SD, mencapai 81,5%. Ini menunjukkan adanya indikator bahwa pengetahuan pendidikan mempengaruhi keputusan mereka dalam mempercayai isu yang beredar.
Responden yang menamatkan pendidikan hingga SMP juga menunjukkan ketidakpercayaan dengan angka 73,7%. Ini menandakan bahwa meskipun pandangan umum tidak sepenuhnya skeptis, pendidikan tetap memainkan peran penting dalam menentukan tingkat kepercayaan.
Sementara itu, tingkat ketidakpercayaan di antara mereka lulusan SMA tercatat sebesar 69,8%. Hal ini menunjukkan tren yang menarik: semakin tinggi pendidikan, semakin sedikit orang yang mempercayai isu tersebut.
Pergeseran Pandangan Antara Generasi Muda dan Dewasa
Menarik untuk dicatat bahwa segmen yang mengaku percaya terhadap isu ijazah palsu Jokowi terdiri dari mereka yang berpendidikan D3 ke atas, mencapai 20,6%. Ini menantang pemahaman bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan mengarah pada kepercayaan yang lebih rendah terhadap rumor.
Kelompok lulusan D3 ke atas menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap isu ini mungkin berhubungan dengan cara pandang yang lebih skeptis terhadap otoritas. Hal ini menandakan ada kebutuhan untuk memahami lebih dalam mengenai apa yang memotivasi pergeseran sudut pandang ini.
Di sisi lain, anggapan bahwa masyarakat perkotaan lebih percaya pada isu ini juga menarik. Tercatat bahwa 16,3% dari responden di kota menunjukkan sikap skeptis dibandingkan 10,4% di pedesaan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam cara pandang antara kawasan urban dan rural.
Persepsi Berdasarkan Usia dan Generasi
Jika dilihat dari sudut pandang generasi, angka menunjukkan bahwa responden dari generasi Z adalah yang paling percaya terhadap isu ijazah palsu Jokowi dengan persentase 14,3%. Ini cukup mencolok dibandingkan dengan generasi milenial yang hanya menunjukkan angka 9,5%.
Lebih lanjut, generasi X mencatatkan 13,8% dan baby boomer di angka 11,9%. Data ini mengindikasikan ada satu kecenderungan di mana semakin tua generasi, semakin kecil kemungkinan mereka untuk percaya pada isu yang beredar ini.
Hal ini dapat dipahami sebagai pengaruh dari pengalaman dan interaksi mereka dengan berbagai sumber informasi. Generasi yang lebih tua mungkin memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi yang sudah terverifikasi.
Jumlah Responden dan Metodologi Survei
Survei ini melibatkan 1.200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia menggunakan metode multi stage random sampling. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu yang mencakup antara 28 Mei hingga 12 Juni 2025 dengan margin of error sekitar 2,9%, yang menunjukkan validitas dari hasil yang diperoleh.
Pertanyaan yang diajukan kepada responden difokuskan pada keyakinan mereka terhadap kebenaran ijazah Jokowi. Hasil menunjukkan bahwa 74,6% dari total responden menolak untuk mempercayai isu tersebut.
Di sisi lain, 12,2% mengaku cukup percaya atau sangat percaya, sementara 13,2% lainnya tidak memiliki pendapat. Kondisi ini menggambarkan iklim diskusi publik yang berkembang di tengah masyarakat.