www.beritacepat.id – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia terus memantau situasi yang diakibatkan oleh konflik yang terjadi antara Iran dan Israel. Ketegangan ini berpotensi menyebabkan lonjakan harga minyak dunia yang dapat berdampak langsung terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam situasi terbaru, serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran telah menambah kompleksitas dalam arena geopolitik Timur Tengah. Hal ini juga mengharuskan pemerintah untuk bersiap dalam menghadapi kemungkinan risiko yang dapat memengaruhi perekonomian domestik.
“Kami senantiasa mengawasi risiko global dan dampaknya terhadap perekonomian dalam negeri,” tutur Deni Surjantoro, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu. Ia menambahkan bahwa langkah-langkah mitigasi sedang disiapkan agar APBN berfungsi sebagai penopang dalam menghadapi gejolak yang ada.
Dampak Perang Iran-Israel Terhadap Ekonomi Domestik
Deni Surjantoro menyatakan bahwa meskipun situasi masih terkendali, dampak dari perang ini tetap patut diperhatikan. Berbagai langkah koordinasi antar kementerian dan lembaga seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan ditingkatkan untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Hingga kini, kondisi perekonomian dalam negeri dilaporkan masih relatif aman. Kemenkeu optimis bahwa meskipun ada potensi dampak dari konflik ini, fiskal negara tetap berjalan sesuai rencana.
Dalam hal ini, Kemenkeu telah menetapkan asumsi harga minyak dalam APBN di atas US$80 per barel. Dengan harga minyak yang saat ini berada di level yang lebih rendah, pemerintah merasa bahwa ruang fiskal untuk meredam inflasi masih cukup luas.
Prediksi Harga Minyak Dunia dan Risiko Global
Goldman Sachs memprediksi bahwa jika situasi di Selat Hormuz terganggu, harga minyak dunia bisa melonjak hingga mencapai US$110 per barel. Selat ini merupakan jalur vital bagi ekspor minyak dari kawasan Timur Tengah ke berbagai belahan dunia.
Negara-negara penghasil minyak seperti Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab sangat bergantung pada jalur ini untuk menyalurkan komoditas mereka. Ketergantungan ini menjadikan ketegangan yang terjadi di wilayah tersebut sangat krusial untuk dipantau.
Menurut laporan dari lembaga penelitian tersebut, jika distribusi minyak terhambat, lonjakan harga tidak dapat dihindari. Hal ini tentu saja akan memiliki efek ganda, tidak hanya bagi perekonomian global tetapi juga bagi negara yang mengimpor minyak.
Strategi Mitigasi yang Dilaksanakan oleh Kemenkeu
Dalam menghadapi ketidakpastian ini, Kemenkeu telah menyusun berbagai strategi mitigasi untuk melindungi perekonomian. Salah satu langkah yang diambil adalah pengoptimalan APBN sebagai alat stabilisasi ekonomi yang efektif.
Pemerintah juga memanfaatkan data analitis untuk mengantisipasi perubahan harga dan dampaknya terhadap perekonomian. Dengan langkah ini, mereka berharap dapat meminimalisir efek negatif dari fluktuasi harga minyak dunia.
Koordinasi antara lembaga pemerintah menjadi kunci dalam menanggulangi ancaman dari luar. Melalui kerjasama yang solid, diharapkan semua aktor ekonomi dapat bersatu untuk menjaga stabilitas.