Jakarta —
Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat tengah mempertimbangkan ide kontroversial berupa acara televisi yang menampilkan para imigran dalam sebuah kompetisi untuk meraih status kewarganegaraan di negara tersebut. Konfirmasi mengenai rencana ini disampaikan pada Jumat (16/5).
Dalam pernyataannya, pihak DHS menjelaskan bahwa rencana tersebut masih dalam proses peninjauan. Setiap proposal, termasuk yang berkaitan dengan acara ini, akan melalui tahap evaluasi yang ketat sebelum diterima atau ditolak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asisten Sekretaris Urusan Publik, Tricia McLaughlin, menyatakan, “Kita harus membangkitkan kembali semangat patriotisme dan tanggung jawab sipil di negara ini. Kami terbuka untuk mempertimbangkan konsep yang unik seperti ini.” Pernyataan ini menarik perhatian banyak pihak, mengenang bahwa imigrasi adalah tema yang sensitif dan sering kali memicu perdebatan sengit di masyarakat.
Konsep acara ini awalnya diusulkan oleh Rob Worsoff, seorang warga Kanada, yang menginginkan acara ini menjadi arena di mana berbagai kontestan akan berkompetisi untuk membuktikan kecintaan dan komitmen mereka terhadap tanah air baru mereka.
“Ini bukan kompetisi seperti The Hunger Games,” tegas Worsoff menanggapi persepsi negatif mengenai acara ini. “Tidak ada ancaman pengusiran bagi peserta yang kalah.” Hal ini menunjukkan upaya untuk menegaskan bahwa acara tersebut bertujuan untuk merayakan semangat kewarganegaraan, bukan untuk mengeksploitasi atau menakut-nakuti para imigran.
Acara yang direncanakan akan mencakup berbagai tantangan, seperti keterampilan bertahan hidup dan kerjasama tim, di antaranya mengambil logam dari tambang atau merakit sasis mobil Model T. Setiap episode akan menghadirkan eliminasi satu kontestan, yang menunjukkan bahwa hanya yang paling berprestasi yang bisa melanjutkan perjalanan mereka menuju kewarganegaraan.
Pulau Ellis, yang dikenal sebagai titik masuk tradisional bagi imigran ke Amerika Serikat, akan menjadi setting awal acara ini, dan diharapkan mampu menggugah perasaan nostalgia serta harapan para peserta dan penonton.
Rencana ini muncul di tengah kebijakan pemerintah yang lebih ketat terkait imigrasi, di mana berlatar belakang pemerintahan yang terdahulu berusaha mencabut status perlindungan sementara (TPS) bagi banyak kelompok imigran. TPS adalah kebijakan yang memberi perlindungan kepada individu yang terpaksa meninggalkan negara asal mereka karena kondisi berbahaya, seperti perang atau bencana alam.
Selama masa jabatannya, terdapat banyak upaya untuk memperketat kebijakan imigrasi, termasuk penangkapan dan deportasi para imigran. Ini mengundang reaksi keras dari berbagai pihak yang menilai kebijakan tersebut sebagai tindakan diskriminatif dan melanggar hak asasi manusia.
Dengan demikian, rencana acara ini tidak hanya menjadi sekadar hiburan, tetapi juga berpotensi menjadi cermin dari dinamika sosial dan politik yang sedang berlangsung di negara tersebut. Langkah untuk menciptakan program semacam ini dapat dilihat sebagai upaya untuk memberikan platform bagi cerita dan perjuangan para imigran, yang sering kali terpinggirkan dari narasi mainstream.